Nama dan Keterhubungan Ciptaan: Refleksi Ekoteologi Nama
Penamaan bukan dominasi
Dalam kitab Kejadian 2:18–25, kita menemukan kisah ketika Adam memberi nama kepada semua binatang dan kepada Hawa. Sering kali, tindakan ini ditafsirkan sebagai lambang kekuasaan manusia atas ciptaan—sebuah warisan tafsir yang menopang dominasi dan eksploitasi. Namun, jika kita membaca teks ini dengan hati yang lembut dan mata yang jernih, kita akan menemukan sebuah makna ekoteologi nama yang mendalam dan penuh kasih.
Memberi nama bukanlah sekadar tindakan dominasi. Dalam terang teologi ciptaan dan ekoteologi Kristen, memberi nama adalah pengakuan akan kehadiran makhluk lain. Ini adalah tindakan keterhubungan. Adam tidak sedang memerintah, melainkan sedang menghubungkan dirinya dalam jaringan kehidupan yang luas dan saling menopang, yaitu sebuah jaringan ekologis yang diciptakan dan diberkati oleh Tuhan sendiri.
Ekoteologi nama bukan hanya menunjuk identitas individual. Nama juga menandai relasi yang kudus: antara manusia dan makhluk hidup lainnya, antara manusia dan tanah, antara manusia dan Pencipta. Ketika Adam memberi nama kepada makhluk-makhluk lain, ia sedang mengakui mereka, menghargai, dan mencintai mereka sebagai bagian dari keluarga ciptaan.
Ekoteologi nama kita
Mari kita renungkan nama kita sendiri.
Nama yang kita miliki adalah cermin dari relasi kita dengan leluhur, komunitas, dan alam sekitar. Dalam konteks iman Kristen dan krisis ekologi, nama adalah benang yang menjahit kita dalam kain kehidupan yang lebih luas. Nama menghubungkan kita dengan bumi, air, udara, tumbuhan, hewan, dan sesama manusia. Kita bukan individu terpisah, melainkan bagian dari satu tubuh ciptaan.
Bagaimana kita memahami nama kita dalam terang spiritualitas ekologis?
Apakah kita melihat nama kita sebagai panggilan untuk hidup berdamai dengan bumi dan seluruh ciptaan? Apakah nama kita mengingatkan kita akan tanggung jawab kita terhadap planet ini—rumah bersama yang semakin rapuh?
Sebagaimana Adam memanggil ciptaan dengan kasih, kita pun dipanggil untuk hidup dalam harmoni ekologis dan tanggung jawab spiritual terhadap lingkungan. Dalam dunia yang terluka oleh ketamakan dan ketidakpedulian, kita dipanggil untuk menjawab dengan nama kasih, nama empati, nama pemulihan.
Mari kita jaga ciptaan bukan karena kita berkuasa atasnya, tetapi karena kita terikat oleh kasih kepada-Nya yang menciptakan semuanya.