Loading Now

Menyembuhkan Bumi: Merenungkan Kisah Yesus dan Orang Kusta

Oleh: Suar Suaka

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan,

Pernahkah kita membayangkan bumi kita seperti seorang yang menderita kusta? Mungkin terdengar aneh, tapi mari kita renungkan bersama. Seperti halnya kusta merusak tubuh seseorang, demikian juga polusi, penebangan hutan, dan hilangnya keanekaragaman hayati telah “melukai” bumi kita. Di Indonesia, kita melihat hutan-hutan yang semakin menghilang, sungai-sungai yang tercemar, dan banyak hewan yang terancam punah. Namun, sering kali kita menganggap masalah lingkungan ini kurang penting dibanding masalah ekonomi atau sosial lainnya. Benarkah demikian?

Kisah Yesus menyembuhkan orang kusta bisa memberi kita pelajaran berharga tentang hal ini. Dalam Markus 1:40-42, kita membaca:

“Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: ‘Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.’ Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: ‘Aku mau, jadilah engkau tahir.’ Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.”

Kusta pada zaman Yesus bukan hanya penyakit fisik, tapi juga membawa stigma sosial yang berat. Orang kusta dikucilkan dari masyarakat, dianggap najis dan tidak layak disentuh. Ketika Yesus menyembuhkan orang kusta, Dia tidak hanya menyembuhkan penyakitnya, tapi juga memulihkan martabatnya sebagai manusia dan anggota masyarakat.

Sama seperti orang kusta yang Yesus sembuhkan, bumi kita juga membutuhkan “sentuhan penyembuhan”. Kerusakan lingkungan bukan hanya masalah ekologi, tapi juga masalah keadilan sosial. Ketika hutan hilang atau air tercemar, yang paling menderita adalah mereka yang paling rentan dalam masyarakat kita.

Tindakan Yesus menyentuh dan menyembuhkan orang kusta menunjukkan kepada kita bahwa kita dipanggil untuk “menyentuh” dan memulihkan bagian-bagian ciptaan yang “sakit” dan terabaikan. Ini adalah panggilan untuk keadilan lingkungan. Kita tidak bisa lagi menganggap alam sebagai sesuatu yang terpisah dari kita, sama seperti Yesus tidak menganggap orang kusta sebagai orang yang harus dijauhi.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Kita bisa mulai dengan hal-hal sederhana:

  1. Kurangi penggunaan plastik sekali pakai
  2. Hemat listrik dan air
  3. Dukung produk-produk ramah lingkungan
  4. Ikut dalam kegiatan penanaman pohon atau pembersihan lingkungan

Ingatlah, setiap tindakan kecil kita adalah bagian dari karya penebusan Allah atas seluruh ciptaan. Seperti Yesus yang memulihkan orang kusta ke dalam masyarakat, kita juga dipanggil untuk memulihkan hubungan yang rusak antara manusia dan alam.

Saudara-saudari, mari kita menjadi tangan dan kaki Kristus di dunia ini, menyembuhkan dan memulihkan bumi kita yang terluka. Karena dalam merawat ciptaan, kita juga memuliakan Sang Pencipta.

Marilah kita berdoa:

Tuhan Yesus, terima kasih atas teladan-Mu dalam menyembuhkan dan memulihkan. Buka mata kami untuk melihat “kusta” yang merusak bumi kami. Berikan kami keberanian untuk “menyentuh” dan memulihkan bagian-bagian ciptaan-Mu yang terluka. Jadikan kami alat-Mu untuk mewujudkan keadilan lingkungan, demi kemuliaan-Mu. Amin.

Post Comment