Melawan Ekosida dan Genosida terhadap Masyarakat Adat demi Karya Keselamatan Seluruh Ciptaan
Oleh: Suar Suaka
Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman alam dan budaya. Namun, sayangnya banyak terjadi perusakan ekosistem dan penggusuran paksa terhadap masyarakat adat di tanah leluhurnya. Hal ini tidak hanya menyebabkan kerusakan lingkungan, tetapi juga memutuskan hubungan inti antara masyarakat adat dengan alam tempat mereka bergantung.
Sebagai orang Kristen, kita perlu memahami bahwa perusakan alam (ekosida) dan pemusnahan etnis (genosida) terhadap masyarakat adat merupakan dosa sistemik yang melumpuhkan hubungan-hubungan di alam sebagai bagian-bagian Tubuh Kristus dan sebagai keutuhan tubuh Gereja. Kita dipanggil untuk memperluas pemahaman keselamatan melampaui dimensi individual dan memahami bagaimana memulihkan hubungan manusia dengan alam dan sesama.
Ekosida dan Genosida, Dosa Sistemik yang Saling Terkait
Ekosida dapat didefinisikan sebagai perusakan atau penghancuran yang disengaja terhadap salah satu atau beberapa komponen ekosistem. Sementara genosida adalah tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk menghancurkan, secara keseluruhan atau sebagian, suatu kelompok nasional, etnis, rasial atau agama.
Di Indonesia, banyak contoh konkret dari ekosida dan genosida yang saling terkait. Misalnya, penggusuran paksa masyarakat adat Suku Amungme dan Suku Awyu dari tanah leluhur mereka di Papua untuk kepentingan pertambangan dan proyek-proyek nasional lainnya. Tindakan ini tidak hanya menghancurkan hutan dan ekosistem di sana, tetapi juga memutuskan hubungan yang intim antara masyarakat Amungme dengan ciptaan lain yang saling bergantung dengannya. Miris, hal serupa juga terjadi pada banyak komunitas masyarakat adat lain di Indonesia.
Kita harus memahami bagaimana kerusakan lingkungan dan penindasan masyarakat adat saling terkait. Krisis ekologi dan krisis sosial tidak dapat dipisahkan, karena manusia adalah bagian yang integral dari keutuhan alam ciptaan. Perusakan alam akan berdampak pada kehidupan masyarakat, terutama masyarakat adat yang dibuat makin rentan oleh perubahan-perubahan yang dibawa oleh modernisasi.
Memahami Keselamatan secara Holistik
Pandangan yang memisahkan manusia dari alam dan melihat keselamatan hanya dalam kerangka individualistik telah menyebabkan krisis lingkungan dan marginalisasi terhadap masyarakat adat. Padahal, hubungan manusia dengan alam dan sesama adalah bagian integral yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Kesadaran ini akan membawa kita pada sebuah konsep keselamatan yang lebih holistik, yang mencakup seluruh ciptaan.
Kasus-kasus yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini menekankan pentingnya melihat keselamatan dalam kerangka hubungan yang lebih luas, yang mencakup hubungan manusia dengan seluruh alam ciptaan. Gereja dipanggil untuk memahami dirinya sebagai komunitas yang integral dengan ciptaan Tuhan, bukan entitas yang terpisah. Kita adalah bagian dari Tubuh Kristus yang mencakup seluruh alam semesta.
Dalam pemahaman ini, keselamatan bukan hanya tentang pengampunan dosa pribadi dan kehidupan kekal masing-masing orang di surga yang terpisah dari bumi ini, tetapi juga pemulihan hubungan yang rusak antara manusia dengan alam dan sesama. Itulah langit dan bumi yang baru. Hanya dengan memahami keselamatan secara holistik itulah kita dapat melihat bagaimana ekosida dan genosida merupakan dosa sistemik yang sedang melukai keseluruhan tubuh Kristus.
Menyembuhkan Dosa Sistemik melalui Praktik Konservasi Ekologis
Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk mempraktikkan konservasi ekologis yang berlandaskan pada konsep keselamatan yang holistik. Melalui pemahaman itu, luka dan penderitaan yang dialami oleh masyarakat adat adalah juga luka yang dialami oleh tubuh Kristus dan Gereja. Dengan demikian, kita melihat bahwa praktik konservasi ekologis ini bukan hanya terbatas pada pemulihan kerusakan lingkungan semata, tetapi juga pemulihan hubungan antara masyarakat adat dengan lingkungannya.
Tidak jarang, komunitas-komunitas masyarakat adat memiliki pengetahuan yang berharga sebagai anggota-anggota tubuh dari hutan, gunung, dan laut. Dengan melibatkan mereka dalam pandangan kita tentang keselamatan, kita dapat belajar dan mempraktikkan cara-cara pemeliharaan ciptaan yang selaras dengan kehendak Tuhan. Ini adalah wujud tanggung jawab kita sebagai bagian dari Gereja, tubuh Kristus yang utuh.
Praktik konservasi ekologis yang melibatkan masyarakat adat dapat menjadi salah satu jawaban atas dosa sistemik di mana ekosida dan genosida saling berjalinan. Ketika kita belajar dari masyarakat adat dalam usaha pemulihan hubungan antar ciptaan di tubuh alam ini, kita sedang mengerjakan karya keselamatan yang diteruskan oleh Kristus bagi kita semua. Inilah panggilan mulia bagi kita untuk menyadari posisi kita sebagai bagian dari ciptaan yang saling memelihara satu sama lain.
Perusakan alam (ekosida) dan pemusnahan etnis (genosida) terhadap masyarakat adat merupakan dosa sistemik yang saling berkait. Dosa-dosa ini melumpuhkan hubungan-hubungan di tubuh alam sebagai bagian-bagian Tubuh Kristus dan sebagai keutuhan tubuh Gereja. Oleh karena itu, kita sebagai orang Kristen perlu memperluas pemahaman keselamatan kita untuk melampaui individualisme dan memahami bagaimana keselamatan yang dijanjikan oleh Tuhan merupakan pemulihan menyeluruh bagi seluruh ciptaan.
Mari kita bersama-sama mempraktikkan konservasi ekologis bersama dengan masyarakat adat, sehingga seluruh ciptaan dapat saling memulihkan dan saling memelihara dalam keselamatan yang telah dimulai oleh Allah sejak kekekalan.
Post Comment