Limbah: Tanda Keterputusan Kita dengan Alam Ciptaan
Oleh: Suar Suaka
Rekan-rekan yang terkasih,
pernahkah kita merenungkan makna tumpukan sampah yang kita lihat setiap hari bagi hidup kerohanian kita? Di tengah kemajuan negeri kita Indonesia, kita dihadapkan pada masalah serius: krisis pengelolaan limbah. Plastik dan sampah lainnya mencemari lingkungan kita, mengancam keindahan alam yang Tuhan anugerahkan. Namun, masalah ini bukan sekadar tentang kebersihan. Permasalahan ini sebenarnya menyatakan pola hubungan kita dengan Allah melalui seluruh ciptaan.
Alkitab mengajarkan kita dalam Kejadian 2:15, bahwa manusia ada “… untuk mengusahakan dan memelihara” Bumi. Pesan ini jelas: kita dipanggil menjadi pemelihara ciptaan Tuhan. Namun, limbah yang menumpuk karena sulit terurai, menjadi bukti nyata bahwa kita telah gagal memenuhi panggilan ini. Setiap kantong plastik, setiap botol yang terbuang, adalah tanda keterputusan hubungan kita dengan alam.
Kita mungkin berpikir bahwa limbah adalah konsekuensi yang tak terhindarkan dari kehidupan modern. Kita sering berdalih, “Ini memang harga yang harus dibayar untuk kenyamanan”. Namun benarkah demikian? Bukankah ini justru cerminan ketidakseimbangan spiritual kita? Produksi limbah berlebihan menunjukkan bahwa kita telah mementingkan kenyamanan sesaat di atas panggilan kita sebagai penatalayan ciptaan Tuhan.
Ini saatnya kita melihat pengurangan limbah bukan sekadar sebagai tindakan ekologis, tapi sebagai praktik spiritual yang mendalam. Setiap kali kita memilih untuk mengurangi penggunaan plastik, kita sedang memperbaiki hubungan kita dengan alam ciptaan. Ketika kita mendaur ulang, kita berpartisipasi dalam karya penebusan Allah atas ciptaan-Nya. Ini bukan lagi soal ‘go green‘ semata, tapi tentang menghidupi panggilan kita sebagai anak-anak Allah.
Marilah kita mulai dengan langkah-langkah kecil. Kurangi penggunaan plastik sekali pakai. Pisahkan sampah organik dan anorganik. Edukasi keluarga dan tetangga tentang pentingnya menjaga lingkungan. Setiap tindakan, sekecil apapun, adalah ibadah kita kepada Sang Pencipta.
Ingatlah bahwa dalam menghadapi krisis limbah ini, kita tidak sendirian. Tuhan yang menciptakan dan memelihara alam semesta ini bersama kita. Dengan kekuatan-Nya, kita dapat menjadi agen perubahan, membawa pembaruan bagi bumi yang kita cintai ini.
Mari Berdoa
Tuhan Allah Pencipta yang Mahabaik, ampuni kami yang telah lalai menjaga ciptaan-Mu. Buka mata kami untuk melihat kerusakan yang telah kami perbuat. Kuatkan kami untuk menjadi pemelihara yang setia bagi alam-Mu. Bimbing setiap langkah kami dalam mengurangi limbah, sebagai wujud kasih kami kepada-Mu dan sesama. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.
Post Comment