Jangan Khawatir: Sebuah Harapan Eko-eklesiologis
Oleh: Suar Suaka
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Pernahkah kita merenungkan lebih dalam makna di balik ajaran Yesus tentang “jangan khawatir” dalam Matius 6:25-34? Seringkali, kita memahaminya hanya sebagai nasihat spiritual untuk mengatasi kecemasan pribadi. Namun, mari kita buka hati dan pikiran kita untuk melihat pesan yang lebih luas dan mendalam dari ajaran ini.
Yesus berkata, “Pandanglah burung-burung di langit… Perhatikanlah bunga bakung di ladang…” (Matius 6:26,28). Ini bukan sekadar perumpamaan, melainkan undangan untuk melihat kehadiran Tuhan dalam ciptaan-Nya. Burung-burung dan bunga bakung adalah bagian dari sistem ekologi yang Tuhan ciptakan dengan sempurna. Ketika Yesus mengajak kita untuk tidak khawatir, Dia sebenarnya mengajak kita untuk percaya pada kecukupan dan keberlanjutan yang telah Tuhan tanamkan dalam alam ciptaan.
Bayangkan jika kita benar-benar hidup tanpa kekhawatiran seperti burung-burung itu. Bukankah itu berarti kita juga harus menjaga ‘sarang’ kita – yaitu bumi ini – agar tetap lestari dan mampu menopang kehidupan? Inilah panggilan eko-eklesiologis yang tersembunyi dalam ajaran Yesus.
Ajaran “jangan khawatir” ini mengandung pesan keselamatan yang lebih luas. Keselamatan bukan hanya soal jiwa kita, tapi juga pemulihan seluruh ciptaan. Roma 8:22 mengingatkan kita bahwa “seluruh ciptaan sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin.” Ketika kita merusak lingkungan, bukankah itu berarti kita menambah penderitaan ciptaan?
Ajaran Yesus untuk tidak khawatir ini merupakan sebuah pengharapan eko-eklesiologis. Rasa tenang tanpa khawatir tentang makanan dan pakaian sehari-hari adalah hasil dari sebuah keselarasan antara setiap anggota ciptaan yang mampu untuk hidup dalam tatanan yang saling mendukung satu sama lain. Ketika kita menyadari bahwa hidup kita saling bergantung dengan yang lain, maka kita akan menyadari juga bahwa kekhawatiran kita datang dari hubungan-hubungan yang tidak baik dengan alam ciptaan.
Dengan begitu, “jangan khawatir” dapat kita maknai sebagai sebuah perintah untuk tidak membuat sebuah realitas ekologis yang membawa kekhawatiran. “Jangan khawatir” itu berarti jangan membuat alam rusak sehingga kita harus khawatir apa yang kita makan dan apa yang kita pakai sehari-hari.
Yesus mengajarkan kita untuk mencari dahulu Kerajaan Allah (Matius 6:33). Dalam konteks ekologis, ini bisa berarti berusaha menciptakan keselarasan dengan alam sebagai wujud Kerajaan Allah di bumi. Dengan menjaga kelestarian lingkungan, kita sebenarnya sedang membangun ‘Tubuh Kristus’ yang lebih luas, yang mencakup seluruh ciptaan. Di dalamnya tidak ada lagi kekhawatiran karena semua hidup dengan saling menghidupkan.
Saudara-saudariku, marilah kita menjawab panggilan Yesus ini dengan tindakan nyata. Mari kita mulai dengan langkah-langkah kecil: mengurangi sampah plastik, menghemat energi, atau menanam pohon. Setiap tindakan kita untuk menjaga lingkungan adalah wujud iman kita. Dengan begitu, kita bisa benar-benar hidup tanpa khawatir, karena kita tahu bahwa kita telah berperan dalam menjaga keutuhan ciptaan Tuhan.
Marilah Kita Berdoa
Tuhan Yesus, bukalah mata kami untuk melihat kehadiran-Mu dalam setiap ciptaan. Berilah kami hikmat untuk menjaga dan merawat bumi ini sebagai wujud kasih kami kepada-Mu. Dalam nama-Mu kami berdoa, Amin.
Post Comment