Hubungan Sakral antara Manusia dan Tanah dalam Pekerjaan Kita
Oleh: Suar Suaka
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Pernahkah kita merenungkan betapa istimewanya tanah yang kita pijak setiap hari? Alkitab mengingatkan kita dalam Kejadian 2:7, “TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah.” Sungguh, kita memiliki hubungan yang sangat erat dengan tanah, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara rohani.
Tanah bukan sekadar tempat kita berpijak atau sumber daya untuk dimanfaatkan. Ia adalah bagian dari ciptaan Tuhan yang baik dan sungguh amat baik. Seperti yang tertulis dalam Mazmur 24:1, “TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya.” Ini berarti bahwa tanah, sama seperti kita, adalah milik Tuhan.
Sayangnya, kita sering lupa akan kebenaran ini. Di Indonesia, kita melihat banyak kerusakan lingkungan akibat penggunaan yang berlebihan. Hutan-hutan kita ditebang, tanah kita tercemar, dan keseimbangan alam terganggu. Bukankah ini bertentangan dengan panggilan kita sebagai pengurus ciptaan Tuhan?
Lalu, bagaimana kita bisa menerapkan pemahaman ini dalam pekerjaan kita sehari-hari? Mari kita ingat bahwa Tuhan hadir dalam setiap aspek ciptaan-Nya. Ketika kita bekerja, kita sebenarnya berpartisipasi dalam karya Tuhan di dunia ini.
Sebagai contoh, jika kita seorang petani, kita bisa melihat pekerjaan kita sebagai wujud kerjasama dengan tanah dan Tuhan untuk menghasilkan makanan. Jika kita seorang arsitek atau insinyur, kita bisa merancang bangunan yang ramah lingkungan dan menghormati alam sekitar. Bahkan jika kita bekerja di kantor, kita bisa memilih untuk menggunakan sumber daya dengan bijak dan mendukung kebijakan yang melindungi lingkungan.
Ingatlah pesan Tuhan dalam Kejadian 2:15, “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” Ini adalah panggilan kita untuk menjadi penatalayan yang baik atas ciptaan Tuhan.
Saudara-saudari yang dikasihi, marilah kita memulai perubahan dalam cara kita memandang dan melakukan pekerjaan kita. Mari kita lihat pekerjaan kita bukan hanya sebagai sarana mencari nafkah, tetapi sebagai bagian dari tugas suci kita untuk merawat bumi.
Setiap hari, ketika kita melangkah ke tempat kerja, ingatlah bahwa kita berpijak di atas tanah yang kudus. Biarlah setiap tindakan kita mencerminkan kasih dan penghormatan kita kepada Tuhan dan ciptaan-Nya. Dengan demikian, kita bisa menciptakan dunia kerja yang tidak hanya produktif, tetapi juga berkelanjutan dan memuliakan Tuhan.
Marilah kita berdoa:
“Tuhan yang Maha Pengasih, terima kasih atas tanah yang Engkau berikan kepada kami. Bantulah kami untuk memahami hubungan sakral antara kami, tanah, dan pekerjaan kami. Bimbinglah kami untuk bekerja dengan cara yang menghormati ciptaan-Mu dan mencerminkan kasih-Mu. Dalam nama Yesus kami berdoa, Amin.”
Post Comment