Memahami Etika Populasi melalui Cara Hidup Gereja Mula-mula
Oleh: Suar Suaka
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, pernahkah kita bertanya-tanya bagaimana iman kita berhubungan dengan masalah populasi dan lingkungan? Di Indonesia, kita menghadapi tantangan besar: pertumbuhan penduduk yang pesat dan kerusakan alam yang mengkhawatirkan. Namun, sering kali kita memisahkan masalah ini dari kehidupan beriman kita. Padahal, Alkitab memberikan kita panduan yang luar biasa, terutama melalui kisah gereja mula-mula. Mari kita bersama-sama melihat bagaimana cara hidup mereka bisa memberi kita wawasan tentang etika populasi dan menjaga ciptaan Tuhan.
Gereja sebagai Model Komunitas Ekologis
Bayangkan jika kita melihat ‘gereja’ bukan hanya sebagai gedung atau kumpulan orang percaya, tetapi sebagai komunitas yang mencakup seluruh ciptaan Tuhan. Ini adalah pandangan yang revolusioner! Dalam Kejadian 1:31, Tuhan melihat segala yang dijadikan-Nya “sungguh amat baik.” Ini menunjukkan bahwa dalam rencana Tuhan, semua ciptaan terjalin dalam satu komunitas yang harmonis.
Rasul Paulus juga berbicara tentang seluruh ciptaan yang “mengeluh” dan “merindukan” pembebasan (Roma 8:22-23). Ini mengingatkan kita bahwa nasib kita terikat dengan seluruh ciptaan. Jadi, ketika kita berbicara tentang ‘gereja’, kita sebenarnya berbicara tentang komunitas yang jauh lebih luas dari yang kita bayangkan!
Pelajaran dari Gereja Mula-mula: Berbagi Sumber Daya dan Keseimbangan Komunitas
Kisah Para Rasul memberikan gambaran indah tentang bagaimana gereja mula-mula hidup. “Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama” (Kisah Para Rasul 2:44). Mereka berbagi sumber daya, memastikan tidak ada yang berkekurangan. Bukankah ini mencerminkan keseimbangan ekologis yang sempurna?
Lebih jauh lagi, dalam Kisah Para Rasul 4:34-35, kita membaca bahwa “tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka.” Ini bukan hanya tentang berbagi harta, tetapi juga tentang mengelola populasi dan sumber daya dengan bijaksana. Mereka memahami bahwa kebutuhan komunitas harus seimbang dengan ketersediaan sumber daya.
Pesan bagi kita masing-masing
Jadi, apa artinya ini bagi kita hari ini? Pertama, kita perlu mulai melihat ‘gereja’ kita sebagai bagian dari ekosistem yang lebih besar. Ini berarti keputusan kita tentang gaya hidup, konsumsi, bahkan perencanaan keluarga, memiliki dampak ekologis.
Kedua, kita dipanggil untuk berbagi dan mengelola sumber daya dengan bijaksana, seperti gereja mula-mula. Ini dapat berarti hidup lebih sederhana, atau mendukung kebijakan yang memperhatikan keseimbangan populasi dan lingkungan.
Akhirnya, mari kita ingat bahwa sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk menjadi pembawa damai dan pemulihan bagi seluruh ciptaan. Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang membawa damai” (Matius 5:9). Dalam konteks hari ini, membawa damai juga berarti menciptakan keharmonisan antara manusia dan alam.
Marilah kita berdoa agar Tuhan memberi kita hikmat untuk hidup sebagai komunitas yang peduli akan keseimbangan populasi dan kelestarian ciptaan-Nya. Kiranya cara hidup kita mencerminkan kasih Kristus bagi seluruh ciptaan. Amin.
Post Comment