Loading Now

Jurnalis Lingkungan: Darah Perjuangan Penjaga Keutuhan Tubuh Kristus

Oleh: Suar Suaka

Di tengah krisis ekologi yang semakin mengkhawatirkan, jurnalisme lingkungan muncul sebagai suara kenabian yang kritis. Namun, di Indonesia, para jurnalis lingkungan sering menghadapi intimidasi dan kekerasan, terutama ketika mengungkap isu-isu sensitif seperti deforestasi, pertambangan ilegal, dan konflik lahan. Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk melihat masalah ini bukan hanya sebagai pelanggaran hak asasi manusia, tetapi juga sebagai dosa ekologis yang merusak keutuhan Tubuh Kristus yang mencakup seluruh ciptaan.

Jurnalisme Lingkungan sebagai Penatalayanan

Jurnalis lingkungan mengemban tugas profetik, mirip dengan para nabi dalam Alkitab yang berani menyuarakan kebenaran dan keadilan. Mereka menjadi “penjaga” bagi ciptaan Tuhan melalui peran-peran kenabian mereka yang menyampaikan pesan-pesan kebenaran Tuhan kepada manusia. Dalam konteks modern, jurnalis lingkungan menjadi penjaga alam, mengungkap kebenaran dan mendorong perubahan demi kelestarian ciptaan Tuhan.

Namun, peran ini penuh tantangan. Jurnalis lingkungan sering menghadapi ancaman, intimidasi, bahkan kekerasan fisik hingga menyebabkan kematian. Sebagai contoh, kasus pembunuhan terhadap Maraden Sianipar dan Martua Parasian Siregar di Sumatera Utara, yang diduga berkaitan dengan penggunaan lahan hutan sebagai lahan sawit. Kita juga mengingat Daniel Tangkilisan yang menjadi korban kriminalisasi beberapa waktu lalu, berkenaan dengan keberadaan tambak-tambak udang yang merusak daerah Karimunjawa.

Situasi ini mengingatkan kita pada perjuangan para nabi seperti Yeremia yang menghadapi penolakan dan ancaman (Yeremia 26:8-11). Meski demikian, mereka tetap teguh dalam panggilan mereka, mencerminkan semangat yang diungkapkan Paulus dalam 2 Korintus 4:8-9, “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit… dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian.” Yesus sendiri telah mengingatkan tentang kepastian kita untuk “menyangkal diri dan memikul salib” sebagai pengikut Kristus.

Intimidasi sebagai Dosa Ekologis

Intimidasi terhadap jurnalis lingkungan bukan hanya menyerang individu, tetapi juga merusak hubungan manusia dengan alam. Ketika suara-suara yang membela lingkungan dibungkam, kita gagal dalam tugas penatalayanan yang diberikan Tuhan (Kejadian 2:15). Intimidasi ini mencerminkan sikap dominasi yang bertentangan dengan panggilan kita untuk memelihara dan menjaga ciptaan Tuhan.

Dalam perspektif ekoteologi, Tubuh Kristus tidak hanya terbatas pada komunitas manusia, tetapi mencakup seluruh ciptaan. Paulus mengingatkan kita dalam Kolose 1:15-20 bahwa melalui Kristus, Allah mendamaikan segala sesuatu, baik yang di bumi maupun yang di sorga. Intimidasi terhadap jurnalis lingkungan merusak hubungan ini, menciderai keutuhan ekologis Tubuh Kristus. Ini menjadi dosa ekologis yang mengganggu rencana pemulihan Allah bagi seluruh ciptaan.

Respons Teologis dan Praktis

Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk berdiri dalam solidaritas dengan mereka yang memperjuangkan keadilan ekologis. Ini mencerminkan perintah Yesus untuk mengasihi sesama kita (Markus 12:30-31) dan untuk menjadi pembela yang “membuka mulut” bagi yang lemah (Amsal 31:8-9). Solidaritas ini harus melampaui batas-batas manusia dan mencakup seluruh ciptaan Tuhan.

Kita dapat mengambil langkah konkret untuk melindungi jurnalis lingkungan:

  1. Berdoa secara aktif dan konsisten untuk keselamatan dan perlindungan mereka.
  2. Mendukung organisasi yang memperjuangkan kebebasan pers dan perlindungan lingkungan.
  3. Meningkatkan kesadaran di gereja dan komunitas kita tentang pentingnya jurnalisme lingkungan.
  4. Mengadvokasi kebijakan yang melindungi jurnalis dan lingkungan.

Dengan melakukan ini, kita mempraktikkan iman kita seperti yang diajarkan dalam Yakobus 2:17, “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”

Intimidasi terhadap jurnalis lingkungan bukan sekadar masalah sosial-politik, tetapi juga tantangan spiritual yang membutuhkan respons teologis dan praktis dari komunitas Kristen. Dengan memahami jurnalisme lingkungan sebagai bentuk penatalayanan dan melihat intimidasi sebagai dosa ekologis, kita dipanggil untuk bertindak. Mari kita bersama-sama menjaga keutuhan Tubuh Kristus, melindungi mereka yang menyuarakan kebenaran tentang ciptaan Tuhan, dan berpartisipasi dalam karya pemulihan Allah bagi seluruh ciptaan.

Post Comment